Rhinitis adalah
peradangan dan iritasi yang terjadi pada membran mukosa di dalam hidung. Secara
garis besar rhinitis dibagi menjadi dua, yaitu rhinitis alergi dan rhinitis
nonalergi. Ada beberapa hal yang bisa menyebabkan terjadinya rhinitis alergi,
di antaranya adalah sistem kekebalan tubuh yang terlalu sensitif. Sistem
kekebalan tubuh alami menganggap alergen berbahaya dan bereaksi dengan
memproduksi antibodi untuk melawannya. Ketika pertama kali terpapar unsur
alergen, sistem kekebalan tubuh tidak langsung bereaksi dan menyebabkan gejala
alergi. Sistem kekebalan tubuh menjalani proses yang disebut sensitisasi
terlebih dahulu, yaitu proses untuk mengenali dan mengingat alergen. Pada
paparan berikutnya dengan alergen, sistem kekebalan tubuh akan memproduksi
antibodi dan menyebabkan reaksi alergi. Hampir sama seperti rhinitis alergi,
gejalanya meliputi cairan yang berlebihan di hidung dan membengkaknya pembuluh
darah di dalam rongga hidung.
Penyebab rhinitis nonalergi berbeda dengan rhinitis alergi,
berikut ini adalah beberapa penyebab utama rhinitis nonalergi.
·
Lingkungan: Faktor lingkungan dapat menyebabkan
terjadinya rhinitis pada sebagian orang, seperti perubahan cuaca, wangi parfum,
asap rokok, dan uap cat. Rhinitis autonomic atau vasomotor adalah istilah medis
yang digunakan untuk rhinitis yang disebabkan oleh faktor lingkungan. Orang
yang memiliki pembuluh darah rongga hidung yang sangat sensitif diyakini bisa
terkena rhinitis tipe ini, namun penyebab pastinya tidak diketahui.
·
Kerusakan jaringan: Lapisan jaringan di dalam hidung
yang disebut dengan turbinates sangat penting untuk menjaga kelembapan bagian
dalam hidung dan menjaga tubuh dari infeksi bakteri. Jika turbinates rusak atau
diangkat, rhinitis bisa terjadi karena jaringan yang tersisa menjadi keras,
mudah terinfeksi, dan meradang.
·
Penggunaan dekongestan rongga hidung berlebih: Lapisan
hidung akan membengkak kembali dan keadaan akan semakin parah jika penggunaan
obat semprot dekongestan digunakan secara berlebihan atau lebih dari enam hari.
Istilah medis untuk masalah ini disebut rhinitis medicamentosa.
·
Infeksi: Terkadang infeksi fungi atau bakteri dapat
menyebabkan terjadinya rhinitis, namun tidak sesering infeksi virus seperti
pilek.
·
Makanan dan minuman: Makanan pedas dan minuman beralkohol
bisa menyebabkan selaput di dalam hidung bengkak dan membuat hidung tersumbat.
Rhinitis memiliki
gejala yang mirip seperti pilek dan biasanya akan muncul sesaat setelah
terpapar alergen. Gejala rhinitis yang biasanya muncul adalah:
·
Bersin-bersin.
·
Hidung tersumbat atau berair.
·
Berkurangnya sensitifitas indera penciuman.
·
Rasa tidak nyaman atau iritasi ringan di dalam dan
area sekitar hidung.
Jika gejala yang dialami disebabkan oleh rhinitis nonalergi
misalnya akibat infeksi virus, biasanya Anda akan mengalami gejala tambahan,
seperti nyeri, sakit otot, dan batuk. Pada rhinitis nonalergi, kerak bisa
tumbuh di dalam hidung dan mengeluarkan bau busuk. Jika Anda ingin
menyingkirkannya bisa menyebabkan pendarahan. Rhinitis yang disebabkan oleh alergi bisa menyebabkan rasa
gatal-gatal. Beberapa orang mengalami gejala rhinitis yang parah dan
berkelanjutan hingga mengganggu kehidupan sehari-hari akibat tidurnya yang
terganggu di malam hari.
·
Antihistamin
Mekanisme kerja obat golongan ini adalah berikatan dengan
reseptor H1 tanpa mengaktivasinya, mencegah ikatan dan aksi histamine.
Antihistamin generasi baru juga dapat berefek pada respon inflamasi seperti
pelepasan histamine dan influx sel inflamasi. Antihistamin yang sering
digunakan adalah antihistamin oral. Antihistamin oral dibagi menjadi dua yaitu
generasi pertama (nonselektif) dikenal juga sebagai antihistamin sedatif serta
generasi kedua (selektif) dikenal juga sebagai antihistamin nonsedatif. Efek
sedative antihistamin sangat cocok digunakan untuk pasien yang mengalami
gangguan tidur karena rhinitis alergi yang dideritanya. Selain itu efek samping
yang biasa ditimbulkan oleh obat golongan antihistamin adalah efek
antikolinergik seperti mulut kering, susah buang air kecil dan konstipasi.
Penggunaan obat ini perlu diperhatikan untuk pasien yang mengalami kenaikan
tekanan intraokuler, hipertiroidisme, dan penyakit kardiovaskular. Antihistamin
sangat efektif jika digunakan 1 sampai 2 jam sebelum terpapar allergen.
Penggunaan antihistamin harus selalu diperhatikan terutama mengenai efek
sampingnya. Antihistamin generasi kedua memang memberikan efek sedative yang
sangat kecil namun secara ekonomi lebih mahal.
·
Dekongestan
Dekongestan topical dan sistemik merupakan simpatomimetik
agen yang beraksi pada reseptor adrenergic pada mukosa nasal, memproduksi
vasokonstriksi. Topikal dekongestan biasanya digunakan melalui sediaan tetes
atau spray. Penggunaan obat ini dalam jangka waktu yang lama dapat menimbulkan
rhinitis medikamentosa (rhinitis karena penggunaan obat-obatan). Selain itu
efek samping yang dapat ditimbulkan topical dekongestan antara lain rasa
terbakar, bersin, dan kering pada mukosa hidung. Untuk itu penggunaan obat ini
memerlukan konseling bagi pasien.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar